Impostor Syndrome adalah pengalaman internal di mana kamu merasa tidak kompeten seperti yang orang lain anggap, seolah-olah kamu adalah seorang penipu. Orang yang mengalami impostor syndrome selalu mempertanyakan dirinya sendiri atas pencapaian atau prestasi yang telah diraih. Ia merasa kesuksesan yang berhasil diraih merupakan bentuk dari keberuntungan atau kebetulan semata, bukan karena kemampuan intelektual diri. Psikolog Suzanna Imes dan Pauline Rose Clance pertama kali menggunakan istilah ini pada 1970-an.
Psikolog Klinis UGM, Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A atau yang biasa disapa Nuning menuturkan salah satu penyebab impostor syndrome adalah adalah pola asuh keluarga yang salah. Ketika anak tumbuh dengan dalam keluarga yang terlalu mengedepankan suatu pencapaian intelektual dan tidak cukup mengajarkan pada anak tentang bagaimana merespons kesuksesan maupun kegagalan maka akan menjadi lahan subur bagi Impostor Syndrome untuk berkembang.
Faktor lain adalah adanya tuntutan atau tekanan dari masyarakat tentang pentingnya kesuksesan yang dapat memicu pemikiran yang keliru tentang bahwa seseorang akan berharga hanya jika ia berhasil dan karenanya tidak berharga ketika gagal.