*/?>

Ini dia Kebijakan Kampus Merdeka bagi Perguruan Tinggi

Pendidikan
Reporter : Bernetta, 28 Jan 2020
Sumber gambar: kemedikbud
Sumber gambar: kemedikbud

‘Kampus Merdeka’ yang merupakan gebrakan baru dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim tak hanya menguntungkan mahasiswa dengan kesempatan eksplorasi berbagai macam bentuk dan alternatif pendidikan namun juga berdampak positif bagi perguruan tinggi.

Dilansir dari website kemendikbud, berikut ide-ide baru ranah pendidikan perkuliahan yang dijabarkan Nadiem Makariem dalam rapat Koordinasi Kebijakan Perguruan Tinggi terkait perguruan tinggi:

Otonomi bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS) untuk melakukan pembukaan atau pendirian program studi (prodi) baru.

  • PTN dan PTS harus memiliki akreditasi A atau B.
  • Bekerja sama dengan organisasi atau perguruan tinggi yang masuk dalam daftar QS Top 100 World Universities
  • Prodi yang berhasil melewati tahap persyaratan akan berdiri dengan akreditasi awal C

Program re-akreditasi bersifat otomatis dan sukarela bagi perguruan tinggi dan prodi yang sudah siap naik peringkat. 

  • Perguruan Tinggi yang memiliki akreditasi internasional akan otomatis mendapat akreditasi A
  • Perguruan Tinggi akreditasi B dan C bisa mengajukan peningkatan akreditasi kapan saja
  • Akreditasi oleh BAN-PT akan secara otomatis diperbarui setiap 5 tahun, jika terjadi penurunan kualitas atau pengaduan masyarakat, akreditasi akan turun

Kebebasan PTN Badan Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja (Satker) untuk menjadi PTN Badan Hukum (PTN BH).

  • Kemendikbud akan mempermudah persyaratan PTN BLU dan Satker untuk menjadi PTN BH
  • Akreditasi B atau C akan bisa mendapat gelar PTN BH

Kebijakan yang dicetuskan Nadiem Makariem ini mendapatkan cukup perhatian setelah idenya menghapuskan sistem Ujian Nasional. Pro Kontra pun muncul, terutama di poin tiga terkait kemudahan perguruan tinggi mendapatkan gelar PTN BH. Kebijakan ini dianggap memperluas kesenjangan pendidikan. Namun realisasinya yang masih imaginer hari ini belum bisa menggambarkan bagaimana sistem pendidikan tinggi akan dimudahkan atau dipersulit olehnya. Untuk itu, menaruh harapan optimis bukanlah hal sia-sia.