Dalam hidup, setidaknya kita pernah sekali waktu melihat pelangi. Itu pun kalau beruntung sebab fenomena pelangi sangat jarang. Pembentukannya sangat tergantung pada cuaca dan faktor eksternal lainnya yang tak selalu bisa 'sejalur'. Melihat pelangi, akhirnya, menjadi hal langka yang menurut mitos membawa berkah.
Yup, pelangi, selain dapat dijelaskan oleh sains, bisa juga dijelaskan dalam mitos - eksistensinya sudah ada ribuan tahun lalu, sebelum adanya sains yang menjelaskannya. Di artikel kali ini, mari melihat pelangi dari mata mitos dan mata sains, keduanya dibahas secara sederhana dan mudah dipahami!
Berikut beberapa mitos paling terkenal yang ada di seputar Pelangi:
Kita tidak bisa, dengan kepastian mutlak mengatakan dengan tepat siapa orang pertama yang memberikan penjelasan yang benar tentang apa yang menyebabkan pelangi, meskipun pujian biasanya diberikan kepada René Descartes (1596-1650), seorang filsuf dan penulis yang menulis secara formal dan sistematis. diskusi tentang subjek dalam lampiran karyanya yang terkenal, "A Discourse On Method," pada tahun 1637. Descartes membuat perhitungan yang akurat mengenai jalur yang diambil sinar cahaya pada titik berbeda melalui bola kaca air (mensimulasikan tetesan hujan) sehingga menentukan sudut pembiasannya; itu adalah solusi untuk masalah matematika yang telah dihindari para ilmuwan selama dua milenium sebelumnya dan merupakan kunci untuk menjelaskan fenomena pelangi.
Penemuan Descartes pun menjadi jawaban atas sains pelangi hari ini. Pelangi adalah ilusi optik—tidak benar-benar ada di tempat tertentu di langit. Kemunculan pelangi bergantung pada tempat matahari (atau sumber cahaya lain) bersinar. Penciptaan pelangi sendiri, sama seperti kata Descartes, adalah hasil pembiasan dan pemantulan cahaya. Refraksi dan refleksi adalah fenomena yang melibatkan perubahan arah gelombang. Gelombang yang dibiaskan mungkin tampak "bengkok", sedangkan gelombang yang dipantulkan mungkin tampak "memantul kembali" dari permukaan atau muka gelombang lainnya. Cahaya yang memasuki tetesan air ini dibiaskan kemudian dipantulkan. Saat cahaya yang dipantulkan ini meninggalkan tetesan, ia dibiaskan lagi, pada berbagai sudut sehingga terjadilah pelangi.
Jenis pelangi yang paling dikenal dihasilkan saat sinar matahari menerpa tetesan air hujan pada sudut yang tepat (42 derajat). Pelangi juga dapat dilihat di sekitar kabut, semburan laut, atau air terjun.
Sumber: