*/?>

Efek Banyak Membaca Pada Otak

Pendidikan
Reporter : Bernetta, 14 May 2020
Sumber gambar: classic FM
Sumber gambar: classic FM

Pemberitaan tentang urgensi membaca menjadi hal memprihatinkan di Indonesia. Media kerap dipenuhi fakta bahwa terjadi penurunan minat baca di kalangan anak muda, perubahan dunia ke arah digital yang tak menentu serta perubahan arah atensi anak muda ke lini media sosial dari pada bekutat pada buku-buku edukasi.

Fakta ini diperkuat dengan data dari hasil riset Central Connecticut State University yang menunjukkan bahwa memang Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara yang minat membacanya disurvei. Data ini diambil berdasarkan lima indikator, yaitu kesehatan literasi negara, yakni perpustakaan, surat kabar, pendidikan, dan ketersediaan komputer.

Tentu sangat disayangkan. Membaca punya banyak keuntungan. Misal dalam satu studi yang dilakukan pada 2013, peneliti menggunakan pemindaian MRI fungsional untuk mengukur efek membaca novel di otak dimana ditemukan bahwa semakin menarik buku yang dibaca, banyak area otak yang menyala di bagian sensori “pleasure”

Selain itu, National Institute on Aging merekomendasikan membaca buku atau majalah sebagai cara agar pikiran tetap berfiungsi optimal saat usia bertambah tua. Meskipun penelitian belum dapat  membuktikan bahwa membaca buku mencegah penyakit Alzheimer, studi menunjukkan bahwa manula yang membaca dan menyelesaikan masalah matematika setiap hari memelihara dan meningkatkan fungsi kognitif mereka.

Sebuah studi 2013 yang dilakukan oleh Rush University Medical Center menemukan bahwa orang yang terlibat dalam aktivitas stimulasi mental sepanjang hidup mereka cenderung mengurangi plak, lesi, dan kusut protein-tau yang ditemukan pada otak penderita demensia.

Lalu apa yang menyebabkan minat baca ini menurun meskipun memiliki banyak keuntungan? Salah satu faktornya (selain perubahan gaya hidup serta aksesibilitas rendah untuk beberapa kasus) bisa saja karena apa yang ‘diwajibkan’ dibaca; entah di sekolah atau bangku kuliah tidak menarik.

Jika demikian perkaranya, perlu lah mulai membaca hal-hal yang sesuai dengan minat dan kesukaan. Sejumlah studi yang telah dilakukan pada 300 mahasiswa menunjukkan bahwa membaca hal yang diwajibkan dan membaca karena ‘suka’ merupakan hal yang berbeda. Hasilnya terlihatlah 88% mahasiswa yang diwawancarai menyatakan apa yang mereka baca karena suka membuat kegiatan membaca menjadi penting.

Faktanya  membaca demi kesenangan bermanfaat, bukan hanya untuk meningkatkan literasi tetapi karena informasi yang ditemukan dalam membaca di waktu luang memberi gambaran kepada pembacanya tentang dunia yang sesuai dengan mereka; bahkan erat diri mereka sendiri. Membaca untuk kesenangan dikaitkan dengan kreativitas dan dengan peningkatan pencapaian akademik.

Maka dari itu, perlulah membaca hal apa saja yang menjadi minat; entah buku fisik maupun buku online (e-book). Untuk itu, kulahdimana.id sudah pernah merekomendasikanmu perpustakaan online yang accessible di sini > Referensi Bacaan Menghadapi Kuliah Online, Lihat di sini!

Mari kembali budayakan membaca!