*/?>

Memahami Jurnalisme

Pendidikan
Reporter : Bernetta, 04 Aug 2020
Sumber gambar : Caroline University
Sumber gambar : Caroline University

Beberapa hari lalu, Youtube digemparkan dengan unggahan video wawancara seorang penyanyi band ternama tanah air bersama seorang ahli mikrobiologi (yang ternyata bukan ahli mikrobiologi) mengenai virus covid-19. Dalam video sekitar 30 menit itu, si ‘ahli mikrobiologi’ (salah satunya) menjelaskan jika:

  1. Virus dapat mati hanya ketika terkena panas mencapai suhu 350 derajat , yang artinya baja pun meleleh
  2. Sebagai negara agraris, yang bisa merasakan panas pun tidak mampu menghentikan virus ini

Lalu, kenapa video ini bisa viral dan bermasalah? Ya karena pewawancara yang merupakan penyanyi ini tidak melakukan cukup pencarian terkait narasumber sehingga narasumber yang dipilih adalah justru seseorang tanpa gelar mikrobiologi yang jelas. Belum lagi kekeliruan informasi tentang titik leleh baja yang seharusnya 1350 derajat serta penggunaan agraris untuk menjelaskan panas yang seharusnya tropis!

Nah, inilah mengapa mewawancarai seseorang, apalagi terkait topik yang sensitif dan berhubungan dengan kepentingan publik haruslah dilakukan dengan hati-hati! Walaupun kegiatan wawancara dapat dilakukan oleh siapa saja, perlulah berpikir dan bertanya layaknya jurnalis!

Tentu kata ini tidak asing. Atau mungkin kamu memilih program studi jurnalistik tahun ini? Tetapi jika belum tahu, jurnalis adalah seseorang yang bertugas dalam lini jurnalisme. Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menilai, membuat, dan menyajikan berita dan informasi. Produknya? Berita di TV, Grafik resesi ekonomi di koran, tulisan kebudayaan di majalah dan banyak lagi!

Meskipun rasanya hari ini jurnalisme menempati ruang yang jauh lebih kecil daripada perbincangan, hiburan, opini, pernyataan, iklan, dan propaganda yang mendominasi dunia media, jurnalisme dianggap lebih berharga daripada sebagian besar "barang di luar sana".

Nilai itu mengalir dari tujuannya, untuk memberi publik informasi terverifikasi yang dapat mereka gunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik, dan praktiknya, yang paling penting di antaranya adalah proses sistematis - disiplin verifikasi - yang digunakan jurnalis untuk menemukan tidak hanya fakta, tetapi juga "kebenaran tentang fakta".

Yap, kamu yang memilih jurusan jurnalistik akan terus dipacu untuk melakukan cross-check, Tidak hanya mengiyakan segala informasi dari narasumber, tetapi kamu harus mampu berdialog dengan narasumber! Apa tujuannya? Tidak untuk berlagak paling tahu tapi untuk mengeruk dasar argumen narasumber tersebut. Kamu setidaknya harus membaca  tentang topik yang akan diwawancarakan, memahami premis awalnya dan berlogika saat bertanya.

Berikutnya, memahami nilai dasar jurnalisme adalah penting. Menurut Aidan White dari Ethical Journalism Network, terdapat 5 hal utama yang seorang jurnalis perhatikan:

Kebenaran dan Akurasi

Jurnalis tidak selalu bisa menjamin 'kebenaran', tetapi mendapatkan fakta dengan benar adalah prinsip utama jurnalisme. Kamu harus selalu mengupayakan keakuratan, memberikan semua fakta relevan yang ada dan memastikan bahwa semua itu telah diperiksa. Ketika kamu tidak dapat menguatkan informasi, kamu harus mengatakannya dengan jujur.

Independensi

Jurnalis harus bersuara independen; kamu tidak boleh bertindak, secara formal atau informal, atas nama kepentingan khusus baik politik, perusahaan, atau budaya.

Keadilan dan Ketidakberpihakan

Kebanyakan cerita memiliki setidaknya dua sisi. Meskipun tidak ada kewajiban untuk menampilkan setiap sisi dalam setiap karya, cerita harus seimbang dan menambahkan konteks. Objektivitas tidak selalu mungkin, dan mungkin tidak selalu diinginkan (dalam menghadapi misalnya kebrutalan atau tidak manusiawi), tetapi pelaporan yang tidak memihak membangun kepercayaan

Kemanusiaan

Jurnalis tidak boleh merugikan. Apa yang pdiublikasikan atau siarkan mungkin menyakitkan, tetapi kamu harus waspada terhadap dampak kata-kata dan gambaran tersebut terhadap kehidupan orang lain.

Akuntabilitas

Suatu tanda profesionalisme adalah kemampuan untuk membuat diri bertanggung jawab. Ketika kamu melakukan kesalahan, kamu harus memperbaikinya dan ekspresi penyesalan dengan tulus, bukan sinis. Kamu harus mendengarkan keprihatinan audiens.

Nah, apakah memahami 5 hal ini sudah cukup? Tentu tidak. Namun tak perlu khawatir, dengan banyak berlatih dan belajar lebih dalam mengenai jurnalisme, kamu akan jadi pewawancara handal!Bingung mulai dari mana? Hmm.. mungkin buku Bill Kovach & Tom Rosenstiel ‘The Elements Of Journalism’ (2007) bisa membantu!