*/?>

Galileo Galilei, Si Astronomer yang Dibenci Gereja

Pendidikan
Reporter : Bernetta, 09 Sep 2021
Sumber gambar : IDN Times
Sumber gambar : IDN Times

Dalam astronomi, heliosentrisme adalah kepercayaan bahwa Matahari berada di pusat Alam Semesta dan/atau Tata Surya. Kata ini berasal dari bahasa Yunani ( Helios = "Matahari" dan kentron = "Pusat"). Secara historis, heliosentrisme menentang geosentrisme yang menempatkan bumi sebagai pusatnya. Pada abad ke-16 dan ke-17, ketika teori heliosentrisme dihidupkan kembali dan dipertahankan oleh banyak astronomer masa awal, kepercayaan ini menjadi pusat perselisihan karena dianggap tak sesuai isi Kitab Suci. Di antara banyak nama yang mempertahankan kepercayaan heliosentrisme, Galileo Galilei adalah salah satu yang paling mencolok.

Galileo dan Heliosentrisme "Galileo Affair"

Empat abad yang lalu, tepat pada masa kejayaan Galileo sebagai seorang pemikir, gagasan tata surya heliosentris begitu kontroversial sehingga Gereja Katolik mengklasifikasikannya sebagai bid'ah, dan memperingatkan astronom Italia Galileo untuk meninggalkannya. Namun tak mundur, Galileo bahkan rela diburu oleh gereja selama hampir dua dekade karena secara terbuka mempertahankan kepercayaannya pada heliosentrisme.

Ketika pertama kali dipanggil oleh Inkuisisi Romawi pada tahun 1616, Galileo tidak ditanyai tetapi hanya diperingatkan untuk tidak mendukung heliosentrisme. Peringatan ini diturunkan setelah sekelompok teolog gereja masa itu diminta untuk menilai teori heliosentrisme yang telah dibela Galileo. Tentu saja, tugas utama para teolog adalah membela Gereja Katolik dan Kitab Suci; kurang dari seminggu kemudian, penghakiman disahkan. Mereka mengumumkan bahwa heliosentrisme bertentangan dengan Kitab Suci.

Tidak lama setelah putusan dijatuhkan, Galileo diperintahkan untuk menghentikan dukungannya terhadap teori tersebut dan semua karya yang terkait dengannya, termasuk miliknya dilarang sambil menunggu koreksi yang sesuai. Di tahun yang sama, yaitu 1616, gereja juga melarang salah satu buku Nicholas Copernicus “On the Revolutions of the Celestial Spheres,” karena berisi teori bahwa Bumi berputar mengelilingi matahari, sesuatu yang dianggap tak benar di mata Gereja.

Enam belas tahun setelah pertemuan pertamanya dengan gereja, Galileo tetap nekat menerbitkan "Dialogue on the Two World Systems" pada tahun 1632, dan paus, Urban VIII, memerintahkan penyelidikan lain terhadapnya. Kali ini dia diadili, mengikuti metode Inkuisisi Romawi. Kemudian, pada 12 April 1633, sebelum tuduhan apa pun diajukan terhadapnya, Galileo dipaksa untuk bersaksi tentang dirinya sendiri di bawah sumpah, dengan harapan mendapatkan pengakuan. Namun, interogasi tidak berhasil. Galileo gagal mengakui 'kesalahannya'.

Pada tanggal 22 Juni 1633, Gereja mengeluarkan perintah berikut: “Kami menyatakan, menilai, dan menyatakan, bahwa Anda, Galileo tersebut ... telah membuat diri Anda sendiri dicurigai oleh Kantor Suci bid'ah, yaitu, telah percaya dan memegang doktrin (yang salah dan bertentangan dengan Kitab Suci) bahwa matahari adalah pusat dunia, dan bahwa ia tidak bergerak dari timur ke barat, dan bahwa bumi memang bergerak, dan bukan pusat dari dunia,"

Kenapa Gereja Menentang Heliosentrisme Galileo?

Hal ini bukan kasus yang jelas antara sains versus agama, tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. Tetapi lebih besar dari itu, kemungkinan konsekuensi dari kesimpulan Galileo sangat menakutkan bagi Gereja Katolik.

Reformasi Protestan telah mendominasi Eropa sepanjang abad ke-16, mengguncang Kekristenan Barat hingga ke intinya. Untuk mempertahankan otoritasnya selama masa ketidakstabilan besar, Gereja Katolik mencengkeram tradisi jauh lebih erat daripada yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Galileo yang mengadvokasi Copernicanisme, tidak hanya mengancam interpretasi tradisional Kitab Suci, tetapi juga otoritas Gereja itu sendiri.

Dalam upayanya mempertahankan kebenaran pusat tata surya versi kitab suci, Gereja pada masa itu melakukan serangkaian upaya untuk membungkan Galileo: pelarangan sebagian buku Dialog Galileo dan Copernican secara umum oleh Paus Benediktus XIV (tahun 1740–1758); pencabutan total larangan Copernicanisme pada tahun 1820-1835; pembenaran teologis implisit hermeneutika alkitabiah Galileo oleh ensiklik Paus Leo XIII Providentissimus Deus (1893); dan rehabilitasi parsial, informal, dan ambigu Galileo oleh Paus Yohanes Paulus II (pada 1979-1992).

Heliosentrisme dan Gereja Setelahnya

359 tahun kemudian, Gereja akhirnya setuju pada heliosentrisme. Pada sebuah upacara di Roma, di hadapan Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan, Paus Yohanes Paulus II secara resmi menyatakan bahwa Galileo benar. Rehabilitasi formal didasarkan pada temuan komite Akademi yang dibentuk Paus pada 1979, segera setelah menjabat. Gereja akhirnya mengakui dia benar di abad ke-19.

Tetapi peristiwa Galileo masih membekas pada Gereja, yang sekarang memiliki observatorium astronomi di istana musim panas Paus di Castelgandolfo. Pastor George Coine, yang mengepalai observatorium, mengatakan bahwa peristiwa Galileo itu 'tragis, di luar kendali satu pihak'. Itu adalah puncak pertempuran Gereja dengan Protestan, 

Ketika penyelidikan terakhir, yang dilakukan oleh panel ilmuwan, teolog dan sejarawan, membuat laporan awal pada tahun 1984, dikatakan bahwa Galileo telah 'dikutuk secara salah'. Paus Yohanes Paulus II sendiri mengatakan bahwa ilmuwan itu ditentang secara tidak bijaksana. "Kami hari ini tahu bahwa Galileo benar dalam mengadopsi teori astronomi Copernicus," kata Paul Cardinal Poupard, kepala penyelidikan Gereja kala itu, dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada tahun 1992.

Hari ini? Pengetahuan tentang tata surya terus berkembang. Heliosentrisme, salah satu kepercayaan yang diturunkan dari berbagai pengamatan dan penelitian di masanya kini bertumbuh bersama berbagai kepercayaan lain. Ia tumbuh subur sebagai sains yang tidak lagi terkekang karena sekelompok orang. Sangat terlambat, tetapi kita tahu, Galileo, pada masanya, adalah benar sehingga tak salah ia dinobatkan sebagai Bapak Sains Modern oleh dunia.

Sumber: