*/?>

JK: Ada 4.500 Universitas di RI, Peringkat Inovasi Baru Nomor 85

Pendidikan
Reporter : Egi Adyatama, 28 Aug 2019
Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan sesi wawancara di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, 23 Juli 2019. Tempo/Friski Riana
Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan sesi wawancara di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, 23 Juli 2019. Tempo/Friski Riana

TEMPO.CO, Denpasar - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK berharap pertumbuhan inovasi dan teknologi di Indonesia dapat terus berkembang. Kedua hal ini diyakini JK sebagai kunci bagi majunya suatu bangsa di masa depan.

Saat ini, Indonesia terdampar di peringkat 85 dunia, dalam Global Innovation Index 2019. Hal ini, menurut JK, bertolak belakang dengan jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang sangat banyak jumlahnya.

"Negara sebesar ini, yang mempunyai universitas 4.500, inovasinya baru nomor 85. Artinya adalah pekerjaan besar di depan masih banyak," kata JK saat memberi sambutan di Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke 24, yang digelar di Lapangan Puputan, Denpasar, Bali, Rabu, 28 Agustus 2019.

JK mengatakan untuk ukuran Asia Tenggara saja, Indonesia tertinggal jauh. Singapura saja, saat ini ada di peringkat 5 dunia dan Malaysia di peringkat 30. Indonesia hanya lebih tinggi peringkatnya dari Kamboja.

Bila perlu, kata dia, Indonesia bisa meniru Cina yang sangat maju dalam urusan inovasi dan teknologi. JK menyebut mereka memulai inovasi lewat dua langkah awal, yakni meniru dan memperbaiki.

Padahal jumlah perguruan tinggi di Cina hanya sekitar 2.500, jauh dari Indonesia yang memiliki hingga 4.500. "Artinya apa, jumlah universitas tidak relevan dengan hasilnya," kata JK.

Ia pun mengingatkan para tokoh inovasi dan pembuat teknologi, agar tak gampang puas. JK meminta agar mereka tak hanya merasa cukup jika inovasi atau teknologi mereka mendapat penghargaan dalam acara-acara seremonial.

"Kadang-kadang kita cepat puas dengan datang ke acara seperti ini saja. Kita lupa ke lab, banyaknya ke acara, ke resepsi. Padahal kemajuan itu ada di lab, bukan di upacara," kata JK.