*/?>

Cerita Mahasiswa ITB, Dapat Beasiswa IISMA Keliling 16 Negara

Pendidikan
Reporter : Tempo.co, 09 Feb 2022
Angelina Pamela, Penerima Beasiswa IISMA di Universitas Palacky berfoto bersama kawan-kawannya di Ceko. itb.ac.id
Angelina Pamela, Penerima Beasiswa IISMA di Universitas Palacky berfoto bersama kawan-kawannya di Ceko. itb.ac.id

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi akan segera membuka beasiswa Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) 2022 pada Maret mendatang. IISMA merupakan program beasiswa yang diperuntuk bagi mahasiswa semester 4-6 untuk belajar singkat di universitas terkemuka di luar negeri.

Pada tahun ini, kuota program IISMA 2022 yakni 1.000 mahasiswa. Pendaftaran IISMA 2022 akan dibuka pada 1-31 Maret 2022 dan keberangkatan mulai Agustus 2022. Mahasiswa bisa belajar 4-6 bulan di kampus tujuan dengan berbagai tunjungan seperti biaya pendaftaran dan uang kuliah, tunjangan kedatangan dan uang saku, dana darurat, ongkos pesawat pergi-pulang, asuransi kesehatan, hingga biaya karantina, dan tes usap.

Salah satu mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), Angelina Pamela menceritakan pengalamannya ketika mengikuti program tersebut. Mahasiswi Teknik Industri angkatan 2018 menjadi salah satu penerima beasiswa IISMA untuk Universitas Palacky di Republik Ceko.

Angelina mengatakan ketika kuliah di Ceko dirinya tak hanya belajar mengenai budaya di sana melainkan juga menjelajahi 16 negara dan 20 kota dalam kurun waktu satu semester. Salah satu negara yang dia kunjungi adalah Vatican. Negara terkecil di dunia yang berbatasan dengan Roma, Italia ini merupakan tempat dPaus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik tinggal. “Pengalaman ini bukanlah pengalaman yang semua orang bisa dapatkan, tentunya sangat berharga bagi saya,” ujar Angelina seperti dikutip di laman resmi ITB pada Rabu, 9 Februari 2022.


Saat awal tiba di Ceko, Angelina mengaku mengalami gegar budaya atau culture shock. Dia mengaku terkejut dengan interaksi dosen dan murid di kelas yang berkomunikasi layaknya dengan teman. Dia mencontohkan panggilan dosen oleh mahasiswa tak menggunakan sapaan bapak atau ibu melainkan langsung memanggil nama dosen tersebut.

“Murid memanggil dosen dengan sebutan nama saja, tidak ada sapaan bapak atau ibu seperti di Indonesia,” ujar Angelina. Selain itu, dalam pembelajaran di kelas lebih banyak berbentuk diskusi dan menulis esai. Hal ini, kata Angelina, berbeda dengan metode pembelajaran Indonesia yang lebih banyak komunikasi satu arah dan jarang menulis esai. Angelina mengatakan di sana dia mesti beradaptasi untuk menerapkan gaya belajar tersebut.

Selain perbedaan tersebut, Angelina mengakui bahwa ia kesulitan dengan bahasa karena banyak orang di Ceko tidak mengerti bahasa Inggris, terutama orang-orang yang sudah lanjut usia. Di samping itu, dia mengatakan orang-orang di sana juga banyak yang bersifat dingin, tidak seramah orang Indonesia.

Angelina juga mesti beradaptasi dengan cuaca di Ceko yang berbeda jauh dengan Indonesia. Banyaknya perbedaan itu justru membuat Angel belajar dan bersyukur mendapatkan beasiswa IISMA. Selama kuliah di sana Angelina juga berkesempatan untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada teman-teman kampusnya dalam acara “Djoempa Pemoeda Indonesia”. Acara itu menampilkan berbagai budaya Indonesia mulai dari masakan, lagu, dan pakaian.